
kopi luwak sumatera kopi luwak robusta kopi luwak asli kopi luwak arabika kopi luwak pagaralam
Harga kopi luwak
Jual kopi luwak
Beli kopi luwak
Warung kopi luwak
Toko kopi luwak
Cafe kopi luwak
Bisnis kopi luwak
Jual beli kopi luwak
kopi luwak sumatera kopi luwak robusta kopi luwak asli kopi luwak arabika kopi luwak pagaralam
Harga kopi luwak
Jual kopi luwak
Beli kopi luwak
Warung kopi luwak
Toko kopi luwak
Cafe kopi luwak
Bisnis kopi luwak
Jual beli kopi luwak
Pagaralam sumatera selatan
kopi luwak sumatera kopi luwak robusta kopi luwak asli kopi luwak arabika kopi luwak pagaralam
Harga kopi luwak
Jual kopi luwak
Beli kopi luwak
Warung kopi luwak
Toko kopi luwak
Cafe kopi luwak
Bisnis kopi luwak
Jual beli kopi luwak
2012. Find out more. Sumatran kopi luwak
== Sejarah ==
Asal mula Kopi Luwak terkait erat dengan sejarah pembudidayaan tanaman kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-18, Belanda membuka perkebunan tanaman komersial di koloninya di [[Hindia Belanda]] terutama di pulau Jawa dan Sumatera. Salah satunya adalah bibit kopi arabika yang didatangkan dari [[Yaman]]. Pada era "Tanam Paksa" atau ''[[Cultuurstelsel]]'' (1830—1870), Belanda melarang pekerja perkebunan pribumi memetik buah kopi untuk konsumsi pribadi, akan tetapi penduduk lokal ingin mencoba minuman kopi yang terkenal itu. Kemudian pekerja perkebunan akhirnya menemukan bahwa ada sejenis musang yang gemar memakan buah kopi, tetapi hanya daging buahnya yang tercerna, kulit ari dan biji kopinya masih utuh dan tidak tercerna. Biji kopi dalam kotoran luwak ini kemudian dipunguti, dicuci, disangrai, ditumbuk, kemudian diseduh dengan air panas, maka terciptalah kopi luwak.National Geographic Travellers Indonesia, November 2010, page 44 Kabar mengenai kenikmatan kopi aromatik ini akhirnya tercium oleh warga Belanda pemilik perkebunan, maka kemudian kopi ini menjadi kegemaran orang kaya Belanda. Karena kelangkaannya serta proses pembuatannya yang tidak lazim, kopi luwak pun adalah kopi yang mahal sejak zaman kolonial.
[[Berkas:Kopi luwak 090910-0075 lamb.JPG|thumb|200px|Gambar Kopi luwak asli]]
Luwak, atau lengkapnya musang luwak, senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik dan masak termasuk buah kopi sebagai makanannya. Dengan indera penciumannya yang peka, luwak akan memilih buah kopi yang betul-betul matang optimal sebagai makanannya, dan setelahnya, biji kopi yang masih dilindungi kulit keras dan tidak tercerna akan keluar bersama kotoran luwak. Hal ini terjadi karena luwak memiliki sistem pencernaan yang sederhana, sehingga makanan yang keras seperti biji kopi tidak tercerna. Biji kopi luwak seperti ini, pada masa lalu hingga kini sering diburu para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan telah difermentasikan secara alami di dalam sistem pencernaan luwak. Aroma dan rasa kopi luwak memang terasa spesial dan sempurna di kalangan para penggemar dan penikmat kopi di seluruh dunia.
Kopi Luwak yang diberikan oleh Presiden Indonesia, [[Susilo Bambang Yudhoyono]] kepada PM [[Australia]], [[Kevin Rudd]], pada kunjungannya ke Australia di awal Maret 2010 menjadi perhatian pers Australia karena menurut Jawatan Australia tidak melalui pemeri, Indonesia [edit] Luwak coffee beans [edit] [edit] South American Coatis [edit] An Asian Palm Civet [edit] Defecated luwak coffee berries, East Java [edit] [edit] A window display in an upscale coffee shop showing Luwak Coffee in forms of defecated clumps (bottom), pre- baked beans (left), and post-baked beans (right). [edit] [edit] [show] V · T · E [show] V · T · E From Wikipedia, the free encyclopedia Kopi luwak (Indonesian pronunciation: [ˈkopi ˈlu.aʔ]), or civet coffee, is one of the world's most expensive and low- production varieties of coffee. It is made from the beans of coffee berries which have been eaten by the Asian Palm Civet (Paradoxurus hermaphroditus) and other related civets, then passed through its digestive tract.[1] A civet eats the berries for their fleshy pulp. In its stomach, proteolytic enzymes seep into the beans, making shorter peptides and more free amino acids. Passing through a civet's intestines the beans are then defecated, keeping their shape. After gathering, thorough washing, sun drying, light roasting and brewing, these beans yield an aromatic coffee with much less bitterness.[citation needed] This coffee is widely noted as the most expensive coffee in the world with prices reaching $160 per pound.[2] Kopi luwak is produced mainly on the islands of Sumatra, Java, Bali and Sulawesi in the Indonesian Archipelago. It is also produced in the Philippines (where the product is called motit coffee in the Cordillera, kape alamid in Tagalog areas) and also produced in East Timor (where it is called kafé-laku). Weasel coffee is a loose English translation of its Vietnamese name cà phê Chồn, where popular, chemically simulated versions are also produced. However, Vietnam has 2 farms with 300 wild civets in Dak Lak. The farmers collect the coffee seeds and produce only 300 kg of authentic Vietnamese chon coffee. The civets live in the wild and are fed beef. The processed civet beans are imported to the UK to the farmers' sole UK supplier.
0 komentar:
Post a Comment